Bonus Demografi
Pertumbuhan penduduk
Indonesia saat ini sudah sangat pesat yang dibuktikan dengan padatnya
daerah-daerah perkotaan dan semakin berkurangnya lahan pertanian. Transisi
demografi yang sangat menguntungkan yaitu, ketika penduduk usia produktif
(15-64) tahun mengalami jumlah terbesar dibandingkan dengan proporsi penduduk
usia tidak produktif. Karena pada proposi penduduk ini terdapat suatu
keuntungan yang bisa dinikmati oleh suatu negara sebagai batu loncatan untuk
memajukan negara yang bersangkutan. Didalam ilmu demografi, kondisi ini disebut
bonus demografi.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pertumbuhan penduduk
Indonesia saat ini sudah sangat pesat yang dibuktikan dengan padatnya
daerah-daerah perkotaan dan semakin berkurangnya lahan pertanian. Transisi
demografi yang sangat menguntungkan yaitu, ketika penduduk usia produktif
(15-64) tahun mengalami jumlah terbesar dibandingkan dengan proporsi penduduk
usia tidak produktif. Karena pada proposi penduduk ini terdapat suatu
keuntungan yang bisa dinikmati oleh suatu negara sebagai batu loncatan untuk
memajukan negara yang bersangkutan. Didalam ilmu demografi, kondisi ini disebut
bonus demografi.
Dengan adanya kondisi bonus demografi
ini, tentu bisa menjadi peluang bagi negara untuk memajukan kesejahteraan serta
memakmurkan masyarakat apabila, masyarakat usia produktif memiliki kemampuan
sumber daya yang dapat menunjang serta memberikan kontribusi terhadap
pembangunan negara.
Proporsi penduduk selalu berubah dan
tidak tetap, hal ini memungkinkan kondisi bonus demografi akan berakhir serta
butuh waktu lama dan usaha yang sulit dilakukan untuk menciptakan kembali
proporsi penduduk seperti bonus demografi tersebut. Apabila suatu negara gagal
dalam memanfaatkan bonus demografi ini maka, jelas akan terjadi kerugian yang
sangat besar bagi negara yang bersangkutan.
Kesejahteraan yang dijanjikan bonus
demografi tidak hanya berfokus kepada sumber daya manusia yang kompeten, tetapi
juga harus melakukan pembenahan serta perbaikan secara menyeluruh. Dalam kata
lain, untuk meraih manfaat dari bonus demografi ini diperlukan usaha bersama
dari seluruh lapisan masyarakat dan lembaga terkait serta pemerintah sebagai
penggerak yang ada di suatu negara yang bersangkutan agar manfaat bonus
demografi ini menjadi semakin kuat.
Keberhasilan tentu tidak lepas dari
yang namanya pemahaman dan pengertian dari apa yang kita laksanakan, oleh sebab
itu peluang untuk mengambil manfaat dari bonus demografi ini harus dilandasi
dengan pengetahuan dan pemahaman serta tujuan yang jelas untuk meraih bonus
demografi.
Tidak semua negara bisa mengambil peluang
dalam bonus demografi. Suatu negara dikatakan memiliki banyak penduduk usia
produktif tetapi hanya sebagian penduduk yang benar-benar produktif, bahkan ada
yang tidak produktif sama sekali. Pengangguran terbuka selalu menjadi masalah
terbesar suatu negara tetapi, pengangguran terbuka bukanlah persoalan akhir
yang dihadapi. Masih ada pengangguran setengah terbuka yang serta merta
merambah sendi-sendi suatu negara.
Di Indonesia, pada tahun 1950-an sedang
mengalami kondisi demografis yang kurang menguntungkan, angka kelahiran
sangatlah tinggi, begitu juga dengan angka kematian. Beranjak ke tahun 1960-an,
angka kematian di Indonesia menurun relatif cepat disebabkan karena telah
berkembangnya teknologi dan obat-obatan yang meningkatkan kesehatan masyarakat
tetapi, tidak halnya dengan kelahiran. Jumlah kelahiran di Indonesia masih
tinggi, jumlah penduduk Indonesia pada tahun 1960 adalah 97,085.000 jiwa dan
pada tahun 1971 menjadi 119. 208.000 jiwa.
Berdasarkan kejadian di atas, angka
beban tanggungan (dependency ratio)
meningkat dengan cepat. Angka ini merupakan perbandingan antara banyaknya orang
yang tidak produktif (umur di bawah 15 tahun dan umur 65 tahun ke atas) dengan
banyaknya orang golongan usia produktif (umur 15-64 tahun). Angka beban
tanggungan penduduk Indonesia tahun 1971 adalah 87, ini berarti bahwa tiap 100
orang yang produktif harus menanggung 87 orang yang tidak produktif.
Untuk mengatasi masalah tersebut
Pemerintah Indonesia (Presiden Soeharto) sejak tahun 1969 melaksanakan program
keluarga berencana (KB) dan turut menandatangani. “Deklarasi PBB tentang
Kependudukan” (United Nations Declaration
on Population). Kebijakan Program Keluarga Berencana (KB) telah mengubah
pandangan masyarakat yang pronatalis (Era Soekarno) , yang melihat penduduk
dari sudut kuantitas saja tetapi menjadi pandangan anti natalis yang menekankan
pada kesejahteraan masing-masing keluarga dengan membatasi kelahiran.
Pada tahun 1980 jumlah penduduk
Indonesia kira-kira sebesar 147 juta jiwa. Jumlah ini menunjukkan pertumbuhan
penduduk Indonesia dari tahun 1971- 1980 sebesar 2,34 persen per tahun.
Kemudian rata-rata laju pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun selama
periode1980-1990 mencapai 1,97 persen per tahun dan pada periode 1990-2000
adalah sebesar 1,49 persen per tahun.
pertumbuhan penduduk tahun 2000-2005
mencapai 1,34 persen dan diperkirakan akan terus menurun menjadi 1,27 persen
tahun 2005-2010, 1,18 persen tahun 2010-2015 dan 1,06 persen pada 2015-2020. Perkiraan pertumbuhan penduduk yang terus
menurun ini didasarkan pada Survey Kependudukan dan Demografi Indonesia (SKDI)
yang memperlihatkan semakin rendahnya tingkat kelahiran serta semakin
meningkatnya masyarakat yang ikut serta dalam program keluarga berencana.
Berdasarkan data diatas, struktur
penduduk Indonesia yang tadinya berbentuk piramid telah berubah kebentuk kubah.
Hal ini berarti penduduk usia produktif lebih banyak dari pada usia tidak
produktif. Dengan banyaknya penduduk usia produktif maka sangatlah mudah untuk
meningkatkan produktifitas suatu negara.
B.
Rumusan
masalah
Indonesia memang menghadapi banyak
penduduk yang berada pada usia produktif tetapi kenyataannya hanya setengah
produktif atau bahkan tidak produktif sama sekali. Pada tahun 2003, tingkat
pengangguran terbuka 9,53 persen atau sekitar 9,5 juta warga negara yang sama
sekali tidak mempunyai pekerjaan. Pada tahun 2004, tingkat pengangguran
diprediksi 9,72 persen. Ternyata angka riil yang muncul Januari 2005
menunjukkan tingkat pengangguran terbuka tahun 2004 mencapai 9,86 persen, ini
merupakan bukti pembenahan ekonomi belum berjalan baik. Pengangguran terbuka
bukanlah persoalan final yang mesti dihadapi. Masih ada angka pengangguran
setengah terbuka, yakni tenaga kerja yang bekerja kurang dari 35 jam per
minggu.
Jumlah penganggur setengah terbuka
tahun 2004 mencapai 28,93 juta orang atau 27,5 persen dari total angkatan kerja.
Angka pengangguran pada awal 2007 masih tercatat sekitar 10,55 juta, Hal itu
terjadi karena ketidak seimbangan pertumbuhan angkatan kerja dengan kesempatan
kerja, ketidakseimbangan ini berakibat pada terbatasnya penyerapan tenaga kerja
dan ditambah dengan ketidaksesuaian antara kualitas tenaga kerja dengan
persyaratan jabatan yang ada. Makanya, angka pengangguran tetap tinggi.
Adapun rumusan masalah
dari makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Bagaimana perspektif mengenai bonus demografi.
2.
Bagaimanamemanfaatkan bonus demografi sebagai jendela
kesempatan bagi kemajuan bangsa Indonesia.
3.
Bagaimana peran bonus demografi untuk kemajuan bangsa
Indonesia.
C.
Tujuan
Adapun tujuan dari
penulisan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.
Menjelaskan pandangan tentang bonus demografi.
2.
Mendeskripsikan pemanfaatan bonus demografi sebagai
jendela kesempatan bagi kemajuan bangsa Indonesia.
3.
Menjelaskan peran bonus demografi untuk kemajuan
bangsa Indonesia.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Demografi
Demografi (demography), dari segi kata, merupakan istilah yang berasal dari
dua kata Yunani yaitu, demos yang
berarti rakyat atau penduduk dan grafein
yang berarti menggambar atau menulis. Oleh karena itu, demografi dapat
diartikan sebagai tulisan atau gambaran tentang penduduk. Menurut Multilingual Demographic
Dictionary, Demography is the
scientific study of human populations in primarily with the respect to their
size, their structure (composition) and their development (change)
Sedangkan menurut Philip M Hauser dan
Duddley Duncan (1959) mengusulkan definisi demografi adalah
“Demography is the study of the size,
territorial distribution and composition of population, changes there in and
the components of such changes which maybe identified as natality, territorial
movements (migration) and social mobility (changes of states). Dalam
terjemahan Indonesia diartikan kurang lebih sebagai berikut Demografi
mempelajari jumlah, persebaran, territorial, dan komposisi penduduk serta
perubahan-perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu yang biasanya timbul dari
natalitas (fertilitas), mortalitas, gerak territorial (migrasi) dan mobilitas
social (perubahan status).
B.
Pengertian
Bonus demografi
Demographic
bonus atau bonus demografi adalah kondisi yang menguntungkan bila dimanfaatkan
untuk mempercepat pembangunan. Bonus demografi ini sesungguhnya suatu
kesempatan yang sangat langka. Hal ini terjadi bila suatu masyarakat atau
bangsa berhasil mengubah struktur umur penduduknya dari berbentuk piramid
menjadi bentuk kubah dan kemudian berubah lagi menjadi bentuk granat. Pada
kondisi bonus demografi, proporsi penduduk usia produktif lebih banyak dari
pada penduduk usia tidak produktif.
C. Ciri-ciri Bonus
Demografi
Ciri-ciri dari
bonus demografi yaitu lebih banyaknya penduduk usia produktif (15-64) tahun
dibandingkan dengan penduduk usia tidak produktif (0-15) tahun dan (64) tahun
keatas.
D. Syarat Bonus Demografi
Persyaratan
yang harus dipenuhi oleh suatu negara apabila ingin memperoleh manfaat besar
dari bonus demografi yaitu :
·
Sumber daya manusia
yang berkualitas dan produktif.
Tidak
bisa dipungkiri, pemanfaatan penduduk untuk dijadikan tenaga kerja yang bisa
meningkatkan kesejahteraan sangat erat hubungannya dengan kualitas. Pendidikan
menjadi faktor pemicu kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Tanpa adanya
kualitas maka, sangat tidak memungkinkan untuk mendapatkan sumber daya manusia
yang produktif
·
Terserap kedalam pasar
kerja.
Terserapnya
sumber daya manusia kedalam pasar kerja juga menjadi faktor penting dalam
mengambil manfaat bonus demografi. Dengan banyaknya dibutuhkan tenaga kerja
maka, pengangguran akan berkurang dan kesejahteraan akan meningkat pesat.
·
Meningkatnya perempuan
yang masuk kedalam pasar kerja
Asumsikan jika ratio perbandingan penduduk
usia produktif pria dan wanita adalah 50 : 50. Tentu mereka akan saling menikah
satu sama lain. Berdasarkan kebiasaan yang telah lama muncul di masyarakat, wanita
yang menikah cenderung hanya menjadi ibu rumah tangga, dalam artian menjadi
penduduk usia produktif yang tidak produktif. Dengan masuknya perempuan kedalam
pasar kerja maka, ratio 50 persennya akan memenuhi pasar kerja sehingga semua
akan lebih banyak lagi penduduk usia produktif menjadi benar-benar produktif
E. Pasar Kerja Global
Tantangan dan peluang
pasar kerja pada era global akan menyebabkan
terjadinya perubahan yang sangat
signifikan dalam penerimaan tenaga kerja, hal ini terjadi karena seiring
dengan terwujudnya agenda-agenda dunia tentang perdagangan bebas.
Agenda tersebut
adalah kesepakatan adanya perdagangan bebas sebagai berikut:
·
Perdagangan
bebas Asia Tenggara (AFTA)
·
Perdagangan
bebas Asia Pasifik (APEC)
·
Perdagangan
bebas dunia (WTO)
Ada dua kemungkinan yang akan kita dapatkan dari dampak pasar kerja global. Pertama, perdagangan bebas akan menjadi berkah, jika kita mampu menangkap dan memanfaatkan peluang yang ada dan mampu memenangkan kompetisi dengan tenaga kerja asing. Kedua, perdagangan
bebas akan menjadi petaka, jika kita selalu kalah
dalam bersaing, bahkan kekhawatiran banyak ahli bahwa kita akan menjadi kuli di
negeri sendiri akan benar-benar terjadi.
F.
Penduduk Usia Produktif yang Melimpah sebagai Keuntungan
Demografi
Bonus Demografi atau sering juga disebut keuntungan
demografi merupakan fase dimana jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) jauh
lebih besar dibandingkan jumlah penduduk tidak produktif (0-14 dan 65 tahun ke
atas). Menurut Dr Sukamdi, MSc, seorang peneliti
di Pusat Studi Kependudukan dan Kebijakan (PSKK) Universitas Gadjah Mada (UGM),
menyatakan bahwa bonus demografi yang akan diterima Indonesia tahun 2020 sangat
menguntungkan. Pada kondisi bonus demografi masyarakat akan memperoleh
pendapatan yang lebih tinggi dengan dana tabungan yang lebih banyak. Pada fase
bonus demografi tingkat ketergantungan (dependency ratio) penduduk tidak
produktif kepada penduduk produktif cenderung rendah (Kurniawan; dalam
Detiknews [online], 2014).
Dependency Ratio Indonesia sejak tahun 1930 hingga tahun
2015 menunjukkan kecenderungan semakin kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
dependency ratio yang kecil berarti beban ketergantungan penduduk usia
produktif kepada penduduk produktif semakin rendah. Data Badan Pusat Statistik
(BPS) indonesia tahun 2010 menunjukkan Dependency ratio Indonesia
sebesar 50,5. Sementara pada tahun 2015 dependency ratio memiliki angka
lebih kecil yaitu 48,6. Kecenderungan dependency ratio yang semakin kecil ini
akan berlanjut hingga tahun 2030, dan menciptakan bonus demografi bagi
indonesia. Sementara itu diperkirakan setelah tahun 2030 kecenderungan
dependency ratio akan naik kembali karena jumlah lansia meningkat.
Sementara itu, melimpahnya jumlah penduduk muda di berbagai
wilayah provinsi Indonesia telah mnciptakan bonus demografi. Bonus demografi
dibeberapa provinsi di Indonesia tersebut dapat dilihat dengan parameter Dependency
Ratio yang cukup rendah, yaitu mencapai dibawah 45. Yang berarti bahwa
dalam setiap 100 penduduk usia produktif (15-64 tahun) hanya menanggung sekitar
45 penduduk tidak produktif (0-14 dan 65 tahun ke atas). Perhatikan data
dependency ratio menurut Provinsi di Indonesia pada tabel 1 berikut.
Tabel.1 Dependency Ratio menurut Provinsi,
2010-2035
Provinsi
|
Tahun
|
|||||
2010
|
2015
|
2020
|
2025
|
2030
|
2035
|
|
Aceh
|
56,3
|
54,8
|
53,6
|
50,8
|
47,9
|
45,8
|
Sumatera Utara
|
58,0
|
56,3
|
55,3
|
53,6
|
51,7
|
50,8
|
Sumatera Barat
|
57,7
|
55,8
|
54,8
|
53,6
|
51,7
|
50,6
|
Riau
|
54,1
|
51,5
|
49,7
|
48,4
|
47,1
|
46,6
|
Jambi
|
50,8
|
47,3
|
44,5
|
43,3
|
42,7
|
42,7
|
Sumatera Selatan
|
51,3
|
49,7
|
48,4
|
47,3
|
45,8
|
45,3
|
Bengkulu
|
51,3
|
47,9
|
46,2
|
44,9
|
44,3
|
44,5
|
Lampung
|
51,1
|
49,5
|
48,6
|
47,3
|
45,6
|
45,3
|
Kepulauan Bangka Belitung
|
48,6
|
46,2
|
44,9
|
44,3
|
43,3
|
43,1
|
Kepulauan Riau
|
46,8
|
49,7
|
46,4
|
41,8
|
38,1
|
37,9
|
DKI Jakarta
|
37,4
|
39,9
|
42,0
|
42,2
|
40,1
|
39,5
|
Jawa Barat
|
49,9
|
47,7
|
46,4
|
46,4
|
46,2
|
46,6
|
Jawa Tengah
|
49,9
|
48,1
|
47,7
|
48,4
|
49,9
|
51,7
|
DI Yogyakarta
|
45,8
|
44,9
|
45,6
|
46,8
|
47,7
|
48,4
|
Jawa Timur
|
46,2
|
44,3
|
43,9
|
44,3
|
46,2
|
48,4
|
Banten
|
48,6
|
46,4
|
45,3
|
43,9
|
41,8
|
41,0
|
Bali
|
47,3
|
45,6
|
43,3
|
42,2
|
43,3
|
45,8
|
Nusa Tenggara Barat
|
55,8
|
53,8
|
52,2
|
50,2
|
48,6
|
48,1
|
Nusa Tenggara Timur
|
70,6
|
66,7
|
63,4
|
62,1
|
61,6
|
61,6
|
Kalimantan Barat
|
52,7
|
50,8
|
49,7
|
48,8
|
47,3
|
46,6
|
Kalimantan Tengah
|
50,4
|
46,2
|
43,3
|
41,4
|
40,3
|
39,9
|
Kalimantan Selatan
|
49,3
|
48,6
|
47,7
|
46,2
|
44,7
|
44,7
|
Kalimantan Timur
|
48,6
|
46,2
|
44,5
|
43,7
|
43,1
|
43,5
|
Sulawesi Utara
|
47,9
|
46,6
|
46,4
|
46,8
|
47,3
|
48,4
|
Sulawesi Tengah
|
52,7
|
50,6
|
49,7
|
49,5
|
48,6
|
48,6
|
Sulawesi Selatan
|
56,0
|
52,9
|
51,3
|
50,4
|
49,5
|
49,7
|
Sulawesi Tenggara
|
63,4
|
60,5
|
58,0
|
54,6
|
52,7
|
51,5
|
Gorontalo
|
51,7
|
48,6
|
47,5
|
47,7
|
47,7
|
47,9
|
Sulawesi Barat
|
60,5
|
56,0
|
53,8
|
52,7
|
51,5
|
51,1
|
Maluku
|
63,1
|
59,7
|
58,2
|
57,5
|
55,8
|
54,3
|
Maluku Utara
|
61,3
|
58,5
|
56,0
|
53,4
|
51,5
|
50,8
|
Papua Barat
|
53,6
|
49,9
|
47,1
|
45,3
|
44,3
|
43,7
|
Papua
|
53,8
|
47,5
|
43,7
|
42,0
|
41,6
|
42,2
|
INDONESIA
|
50,5
|
48,6
|
47,7
|
47,2
|
46,9
|
47,3
|
Bonus Demografi sebenarnya telah dialami
oleh beberapa Provinsi di Indonesia sejak tahun 2010. Beberapa provinsi itu
seperti Jakarta, Yogyakarta, Jawatimur dan Kepulaun Riau. Berdasarkan tabel 1,
menunjukkan bahwa beban ketergantungan di empat provinsi telah berada
pada angka 46 dan 45. Beban ketergantungan yang cukup rendah ini telah
menciptakan jendela peluang untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi diwilayah
yang bersangkutan.
Bonus demografi yang akan terjadi pada
tahun 2020 hingga 2030 harus benar-benar di manfaatkan oleh pemerintah.
Kesiapan pemerintah dalam menghadapi bonus demografi tentu akan mendatangkan
keuntungan yang besar. Dengan Bonus demografi berarti Indonesia akan mendapati
kondisi dimana jumlah angkatan kerja yang melimpah-ruah. Angkatan kerja dengan
jumlah yang besar tersebut jika dapat dikelola dengan baik tentu akan mendorong
kemajuan dan pertumbuhan ekonomi negara. Kuncinya terletak pada peningkatan
kualitas angkatan kerja yang berdaya saing pada pasar tenaga kerja global.
Saat ini Indonesia memiliki 67 juta anak
muda berumur 10-24 tahun. Mereka inilah yang akan menjadi pemimpin dan
penggerak pembangunan Indonesia pada fase bonus Demografi tahun 2020-2030.
Jumlah anak muda yang melimpah ini juga menjadi incaran tenaga produktif
negara-negara maju yang kekurangan anak muda. Sehingga bisa menjadi keuntungan
yang besar jika Indonesia mampu merespon permintaan pasar tenaga kerja global
(Kompas 29 November 2014, hlm 13).
Jumlah anak muda yang besar telah
menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang akan mendapatkan keuntungan
demografi selain India dan Thiongkok. Jumlah anak muda di dunia diperkirakan
mencapai 1,8 miliar. Dan dari angka tersebut Indonesia menempati posisi ketiga
setelah India yang memiliki jumlah anak muda 356 juta, dan Thiongkok yang
memiliki jumlah anak muda 269 juta. Jumlah anak muda ini akan sangat
menguntungkan jika strategi pembangunan yang memanfaatkan bonus demografi bisa
dijalankan dengan benar. Dengan investasi yang tepat dari pemerintah, maka
jutaan anak muda akan benar-benar menjadikan berkah demografi. Selain itu
juataan anak muda ini jika mampu dikelola dengan baik tentu akan bisa mengubah
masa depan Indonesia menjadi lebih baik.
G. Ancaman Ketidak
Berhasilan Bonus Demografi di Indonesia dan Kegagalan Bonus Demografi Pada
Pasar Kerja Global
Maraknya perbincangan tentang bonus
demografi di Indonesia mengisyaratkan akan kehadiran hal tersebut. Di dukung
dengan data dan fakta kependudukan yang ada, sudah jelas Indonesia sedang dan
bahkan sudah masuk kedalam zona bonus demografi. Sama-sama kita ketahui manfaat
besar yang akan didapatkan apabila suatu negara berhasil memperoleh bonus
demografi akan menjadikan semua sektor menjadi kuat, tidak terkecuali
indonesia.
Di Indonesia, seperti terbuai dengan
angan-angan keberhasilan bonus demografi sehingga, lupa akan efek yang di
timbulkan apabila bonus demografi gagal dimanfaatkan. Tahun-tahun kedepan akan
dipenuhi oleh beban penduduk tidak produktif sedangkan penduduk usia produktif
semakin berkurang karena proporsi yang mengharuskan habisnya masa bonus
demografi di Indonesia.
Kalau kita melihat sekilas, Indonesia
sedang berhadapan dengan masalah dan tantangan serius. Salah satunya daya saing
Indonesia yang kembali menurun. Indonesia menempati posisi ke – 84 dari 144
negara yang ada di dunia, dengan skor 37,00.
Swiss sebagai negara yang paling
kompetitif dengan skor 74,83. Sementara itu, posisi kedua ditempati oleh
Singapura dengan skor 70,34. Penurunan posisi daya saing itu menegaskan bahwa
Indonesia masih menghadapi masalah serius. Di tengah kompetisi global,
Indonesia harus lebih meningkatkan daya saing dan mematangkan strategi untuk
syarat mencapai kemajuan.
Tantangan di abad XXI menuntut
Indonesia untuk memperkuat ketahanan ekonomi negara. Menurut para ahli, untuk
memperkuat kedaulatan suatu negara di abad XXI ini, perlu memenuhi 3 tuntutan
secara simultan yaitu,
·
mencapai ketahanan
militer untuk menjaga kepentingan nasionalnya.
·
memenuhi kebutuhan sosial
dan kebutuhan ekonomis dari penduduknya.
·
menjamin kebutuhan
yang berkelanjutan adil dan merata.
Peta kekuatan ekonomi dunia akan
berubah dimana kekuatan-kekuatan ekonomi baru akan mendominasi dan menggeser
kekuatan ekonomi lama. Price Water House Coopers
sendiri membuat prediksi berjudul “The World in 2050”, pada Maret 2010 lalu.
Disana dituliskan ada kelompok negara yang disebut E-7 The Emerging Seven
yang terdiri dari tujuh negara berkembang yakni China, India, Brasil, Rusia,
Indonesia, Meksiko dan Turki. Kelompok E-7 ini diprediksikan akan melampaui
kekuatan ekonomi negara-negara G-7 sekarang, pada tahun 2050 kelak. Meskipun
targetan dari kedua prediksi tersebut masih lama yakni sekitar kurang lebih 40
tahun lagi, namun tanda-tanda kebangkitan kekuatan ekonomi baru dan peluang
Bonus Demografi sudah dapat dilihat.
Untuk Indonesia data di atas bisa saja
tidak tepat, bukan disebabkan oleh salahnya prediksi yang dilakukan oleh
lembaga tersebut tetapi, karena kurangnya persaingan, kualitas dan pendidikan
di negara kita. Indonesia pada saat ini sama halnya seperti negara jepang pada
tahun 50-an. Adanya bonus demografi pada tahun 1950 membuat jepang melesat menjadi
negara dengan kekuatan ekonomi ke-3 pada dekade 70-an setelah Amerika Serikat
dan Uni Soviet.
Tetapi, penduduk usia produktif
Indonesia saat ini sedang dilanda ancaman, salah satu ancaman tersebut datang
dari dalam Indonesia sendiri. Kita ambil contoh “rokok”.
Rokok menjadi ancaman serius bagi
bonus demografi di Indonesia. Perokok usia 15-16 tahun terus meningkat. Resiko
penyakit dan kematian yang ditimbulkan akibat dari efeknya pun menginjak usia
produktif 30-40 tahun bahkan diprediksi lebih kecil lagi. Hal ini tentu akan
menggangu produktivitas penduduk. Perawatan kesehatan pun akan membebani
keuangan negara.
Perokok usia 15-19 tahun mencapai
angka 34,2 persen pada tahun 2007. Pada tahun 2013, jumlahnya meningkat menjadi
36,3 persen. 300.000 kematian di negara anggota Organisasi Kerja Sama Islam
(OKI) pada orang berusia 30 tahun ke atas setiap tahun teijadi akibat rokok.
Dampak dari rokok, seperti kanker,
gangguan jantung, dan penyakit paru, tidak terjadi secara langsung, melainkan
baru terlihat 10-15 tahun kemudian. Di-khawatirkan hal itu bisa membuat
Indonesia tidak menikmati bonus demografi karena produktivitas penduduk
terganggu. remaja menjadi sasaran utama industri rokok, Remaja mudah
dipengaruhi dengan iklan dan berpotensi menjadi pelanggan yang loyal pada masa
depan.
Meski ada upaya menekan dampak buruk
tembakau, misalnya lewat kawasan tanpa rokok, hal itu tidak efektif. Peraturan
Gubernur DKI Jakarta menyebutkan, tempat atau ruangan merokok harus terpisah,
di luar gedung, dan letaknya jauh dari pintu keluar gedung. Menurut peraturan
perundang-undangan lainnya tentang Pengendalian Pencemaran Udara, setiap orang
yang merokok di kawasan dila-rang merokok diancam pidana kurungan paling lama 6
bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 50 juta. Namun, penegakan hukum yang
tidak tegas membuat pemilik gedung tetap mem-fasilitasi para perokok di dalam
ruangan.
Tidak hanya itu, Gedung DPR yang jelas
memasang stiker kawasan dilarang merokok juga tetap dipenuhi asap rokok dan
petugas keamanan tidak ada yang memperingatkan. Penegakan hukum, disiplin, dan
kesadaran masyarakat yang sangat kurang membuat aturan ini tidak efektif. Jelas
diatur, tetapi tidak pemah ditegakkan.
Di sinilah jelas terlihat permasalahan
yang saling berkesinambungan, antara masyarakat dan penegak hukum tidak
terkecuali pemerintah, yang menyebabkan kegagalan dalam mencapai manfaat dari
bonus demografi yang sudah jelas ada di depan mata.
Masalah lain yang menyebabkan
kegagalan bonus demografi di Indonesia adalah tidak meratanya pendidikan yang
didapatkan oleh masyarakat. Alokasi dana pendidikan 20 persendari APBN harus
seoptimal mungkin digunakan dan dikelola. Dalam hal pendidikan masih saja ada
rakyat miskin yang tak tersentuh program wajib belajar 9 tahun karena
kapitalisasi lembaga pendidikan yang hanya memberi kesempatan kepada kelompok
kaya. Belum selesai masalah wajib belajar 9 tahun, sudah terdengar isu
kebijakan wajib belajar 12 tahun. Jadi tak mengherankan kalau saja ada anak di
negeri ini yang lebih memilih bekerja dalam usia dini karena mahalnya biaya
pendidikan.
Bonus Demografi tanpa dilandasi oleh
pendidikan yang merata dan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memadai
akan menjadikan ancaman bagi Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah dalam hal
ini kementerian pendidikan nasional harus cekatan dalam menempatkan penduduk
Indonesia dewasa yang melimpah sebagai kekuatan yang potensial dengan
menempatkan program pendidikan nasional sebagai pilar utama pembagunanan
nasional. Pendidikan adalah yang berkenaan dengan fungsi yang luas dari
pemeliharaan dan perbaikan kehidupan suatu masyarakat terutama membawa warga
masyarakat yang baru (generasi baru) bagi penuaian kewajiban dan tanggung
jawabnya di dalam masyarakat.
Jika pemerintah berhasil membelanjakan
alokasi dana APBN sebesar 20% dalam sektor pendidikan dipastikan akan terjadi
perubahan yang signifikan pada dunia pendidikan kita yang mendorong terjadinya
keberhasilan Bonus Demografi. Untuk itulah pendidikan harus murah dan
terjangkau untuk masyarakat yang kurang mampu secara ekonomi. Pendidikan jangan
dijadikan komoditas barang eksklusif agar seluruh elemen masyarakat bisa
menikmatinya. Dengan demikian terciptalah generasi emas yang siap menghadapi
tantangan pada era Bonus Demografi pada tahun 2020-2030.
Produktivitas sumber daya manusia
berpengaruh penting terhadap bonus demografi. Jika terjadi kegagalan dalam
memanfaatkan bonus ini maka, akan terjadi musibah demografi. Dimana angka
ketergantungan hidup akan sangat tinggi, di tambah gagalnya memanfaatkan
kesempatan bonus demografi. Tentu sepuluh tahun berikutnya akan terjadi
penumpukan usia lanjut di Indonesia yang menyebabkan ketergantungan hidup
berbalik dari keadaan bonus demografi.
Di Eropa,
Amerika Utara, Asia Timur dan Australia akan mengalami stagnasi pada 2020, di
mana penduduk usia lanjut meningkat 50-60 persen. Mereka akan kekurangan tenaga
kerja muda. Di butuhkan tenaga kerja dari luar negara masing-masing, dalam
kesempatan ini negara dengan penduduk berproduktivitas tinggilah yang akan
menduduki posisi di pasar kerja global.
Negara dengan penduduk usia produktif
yang berkualitas rendah akan tersingkir dari persaingan pasar kerja global dan
akan menjadi beban di negara asalnya. Angka pengangguran yang semakin tinggi
akan menyebabkan negara tersebut mengalami kemunduran. Di negara asal tenaga
kerja berproduktivitas rendah, mereka juga akan kalah bersaing dengan datangnya
tenaga-tenaga kerja dari luar.
H.
Faktor-Faktor Penentu Keberhasilan
Pemanfaatan Bonus Demografi
Bonus demografi dapat mendatangkan
keuntungan yang besar bagi Indonesia. Dengan persiapan yang baik dan investasi
yang tepat, bonus demografi bisa mengubah masa depan Indonesia menjadi lebih
sejahtera dan maju. Namun keberhasilan dalam memanfaatkan bonus demografi
sangat dipengaruhi oleh empat faktor utama yaitu kualitas pendidikan, kualitas
kesehatan, ketersediaan lapangan kerja, dan konsistensi penurunan angka
kelahiran melalui program KB.
Pada fase bonus demografi jumlah anak muda
sangat besar sebagai kelompok produktif yang telah memasuki usia kerja.
Sehingga Pengelolaan ketenagakerjaan yang baik, menjadi pekerjaan rumah yang
harus dilakukan oleh pemerintah. Pengelolaan ketenagakerjaan yang baik dengan
mempersiapkan angkatan kerja yang berkualitas, akan menentukan keberhasilan
pemanfaatan bonus demografi. Untuk itu dalam mempersiapkan angkatan kerja yang
berkualitas haruslah dilihat dari aspek kualitas pendidikan, kualitas kesehatan
dan kecukupan gizi.
1.
Peningkatan KualitasPendidikan
Salah satu aspek penting yang perlu
diperhatikan dalam fase bonus demografi yaitu meningkatnya kebutuhan terhadap
pendidikan. Meningkatnya jumlah anak muda pada tahun 2020 hingga 2030, akan
berpengaruh pada meningkatnya kebutuhan akan fasilitas pendidikan. Pendidikan
telah menjadi kebutuhan mendasar bagi penduduk yang harus dipenuhi selain
kecukupan gizi dan kesehatan. Dengan kesempatan yang mudah untuk mengenyam
pendidikan, tentu akan dapat menciptakan penduduk yang berkualitas dan
terampil.
Dalam usaha untuk meningkatkan kualitas
anak muda sebagai penduduk produktif masa mendatang, salah satu usaha yang
tepat adalah dengan menyediakan kesempatan pendidikan seluas-luasnya. Kemudahan
akses pendidikan dan didukung oleh prasarana pendidikan yang lengkap, serta
tenaga pendidik yang berkualitas, akan menciptakan masyarakat yang berkualitas
pula. Dengan kesempatan mengenyam pendidikan sampai ke jenjang yang tinggi,
tentu menjadi modal penting untuk menciptakan angkatan kerja yang berkualitas
dan terampil.
Peningkatan kualitas pendidikan menjadi
faktor utama keberhasilan perencanaan ketenagakerjaan. Perencanaan tenaga kerja
akan menjamin kebutuhan tenaga kerja, terutama tenagakerja terdidik yang
diperlukan dalam pembangunan (Sumarsono ,2003:25). Dalam kerangka bonus
demografi perencanaan ketenagakerjaan berhubungan eret dengan pembangunan
sumberdaya manusia yang berkualitas.
Pendidikan menjadi aspek penting dalam
upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM). Data tentang Human
Development Index (HDI) yang disajikan United Nations for Development Program
(UNDP) menunjukkan bahwa peringkat kualitas SDM Indonesia cenderung mengalami
penurunan dari tahun-ketahun. Pada tahun 1998 HDI indonesia berada pada posisi
99, dan merosot pada tahun 1999 ke posisi 105. Sementara itu Pada tahun 2000
HDI Indonesia kembali merosot ke posisi 109 (Irianto, 2001:1). Saat ini
kualitas sumberdaya manusia di Indonesia masih terbilang rendah, dengan angka
Human Development Index (HDI) Indonesia masih menempati urutan ke-111 dari 182
negara. Untuk itu peningkatan kualitas sumber daya manusia menjadi upaya yang
harus di prioritaskan untuk menghadapi bonus demografi beberapa tahun
mendatang.
Jika melihat Angka Partisipasi Sekolah
(APS) di Indonesia, menunjukkan bahwa terdapat peningkatan APS di masing-masing
kelompok umur, sepanjang tahun 2003 hingga 2013 (Perhatikan Tabel.2).
Kenaikan APS dimasing-masing kelompok umur ini bisa dipengaruhi oleh
peningkatan kebutuhan akan pendidikan ketika jumlah penduduk semakin besar.
Peningkatan angka APS ini menunjukkan sesuatu yang baik jika dilihat secara
terpisah dimasing-masing kelompok umur.
Tabel.2 Angka Partisipasi Sekolah ( A P S )
Tahun 2003-2013
Kelompok
Umur
|
Tahun
series
|
||||||||||
2003
|
2004
|
2005
|
2006
|
2007
|
2008
|
2009
|
2010
|
2011
|
2012
|
2013
|
|
7-12
|
96,42
|
96,77
|
97,14
|
97,39
|
97,64
|
97,88
|
97,95
|
98,02
|
97,62
|
98,02
|
98,42
|
13-15
|
81,01
|
83,49
|
84,02
|
84,08
|
84,65
|
84,89
|
85,47
|
86,24
|
87,99
|
89,76
|
90,81
|
16-18
|
50,97
|
53,48
|
53,86
|
53,92
|
55,49
|
55,50
|
55,16
|
56,01
|
57,95
|
61,49
|
63,84
|
19-24
|
11,71
|
12,07
|
12,23
|
11,38
|
13,08
|
13,29
|
12,72
|
13,77
|
14,82
|
16,05
|
20,14
|
Sumber: BPS Indonesia
Namun jika dilihat perbandingan Angka
Pertisipasi Sekolah diantara kelompok umur memperlihatkan kecenderungan yang
menurun. Dimana terlihat bahwa Angka Partisipasi Sekolah cenderung semakin
kecil pada kelompok umur yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Angka
Partisipasi Sekolah dimasing-masing kelompok umur meningkat dari tahun ketahun,
namun jika Angka Partisipasi Sekolah tersebut di bandingkan dinatara kelmpok
umur masih menunjukkan angka yang sangat timpang.
Kecenderungan Angka Partisipasi Sekolah
yang semakin kecil pada kelompok umur yang tinggi menjadi permasalahan yang
cukup mengkhawatirkan. Semakin kecilnya Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok
umur yang tinggi, berarti penduduk yang berhasil menempuh pendidikan tinggi
masih relatif kecil. Angka partisipasi sekolah yang relatif kecil pada kelompok
umur 19-24 tahun dipengaruhi beberapa faktor seperti: kemiskinan, biaya
pendidikan yang mahal, rendahnya motivasi sekolah di jenjang pendidikan yang
lebih tinggi, dan lain sebagainya.
Pada fase bonus demografi angka partisipasi
sekolah harus ditingkatkan, khususnya Angka Partisipasi Sekolah pada kelompok
umur 16-18 dan 19-24 tahun. Langkah yang bisa dilakukan yaitu dengan memberikan
kesempatan yang seluas-luasnya untuk menempuh pendidikan. Dengan pendidikan
murah dan bantuan biaya pendidikan bagi golongan miskin dapat memacu naiknya
angka partisipasi sekolah. Angka partisipasi sekolah yang tinggi pada kelompok
umur 19-24 akan menciptakan angkatan kerja yang berkualitas dan terampil.
Jenjang pendidikan yang tinggi sebagai bekal utama menghadapai persaingan
tenaga kerja.
Faktor utama untuk meningkatkan kualitas
pendidikan terletak pada tersedianya sarana dan prasarana pendidikan yang
lengkap dan memadai. Selain itu dengan jumlah tenaga pendidik yang memadai dan
berkualitas menjadi salah satu aspek penting yang tidak bisa dilupakan.
Pemerintah juga harus memperhatikan pengembangan dibidang sains dan teknologi
penunjang pendidikan. Hanya dengan peningkatan dan perbaikan diberbagi unsur
penting dalam pendidikan, akan menjadi kunci utama peningkatan kualitas
pendidikan.
Namun tidak dapat dipungkiri bahwa
pendidikan formal tidaklah menjadi satu-satunya penentu keberhasilan
untuk menciptakan angkatan kerja yang berkulaitas. Oleh karena itu, pemerintah
juga harus mengupayakan dan mengembangkan pendidikan non-ijazah yang menekankan
pada pengembangan ketrampilan. Dengan pengembangan ketrampilan melalui
pendidikan non-formal bisa menjadi salah satu alternatif untuk menciptakan
tenaga kerja yang berkualitas. Pendidikan non-ijazah bisa menjadi solusi dari
keterbatasan pendidikan formal, dan tepat untuk mewadahi anak-anak muda yang
tidak cocok dengan pendidikan formal.
2.
Peningkatan Kualitas Kesehatan
Kealitas kesehatan menjadi aspek penting
yang perlu ditingkatkan untuk menyambut bonus demografi. Peningkatan kualitaas
kesehatan akan menjadikan angkatan kerja berkualitas selain berkualitas
dalam segi pendidikan. Dengan menyediakan layanan kesehatan yang baik dan
bermutu menjadi kunci utama peningkatan kualitas kesehatan tersebut.
Penyediaan layanan kesehatan dalam kerangka
bonus demografi diprioritaskan kepada penduduk usia 0-18 tahun. Prioritas ini
di pilih karena penduduk usia 0-18 tahun berada pada usia perkembangan. Dengan
peningkatan kesehatan yang diprioritaskan pada penduduk usia emas tersebut,
maka nantinya diharapkan akan menciptakan anak-anak muda yang berkualitas.
3.
Konsistensi dalam Penurunan angka fertilitas
Konsistensi penurunan angka fertilitas yang
baik akan membuat investasi pendidikan dan kesehatan menjadi semakin optimal.
Penurunan fertilitas akan menurunkan proporsi anak-anak, dan akan menjaga
populasi anak-anak tetap pada angka yang kecil. Dengan begitu beban
ketergantungan dalam fase demografi akan tetap bisa ditekan. Konsistensi
penurunan fertilitas ini perlu dipertahankan hingga tahun 2030. Sehingga
kesempatan emas pada fase demografi akan benar-benar bisa dimanfaatkan dengan
baik.
Konsisitensi penurunan angka fertilitas
berarti akan semakin memudahkan pemerintah untuk fokus dalam program
peningkatan kualitas anak muda. Penurunan angka kelahiran akan mengurangi
anggaran untuk kesehatan dan kebutuhan gizi bayi-bayi yang lahir. Sehingga
anggaran yang dimiliki pemerintah sebagian besar bisa digunakan untuk investasi
dalam peningkatan kualitas anak muda.
Penuruanan angka fertilitas dalam kerangka
bonus demografi memang tidak bisa dilepaskan dari keberhasilan program keluarga
berencana (KB). Meningkatnya partisipasi KB telah berhasil menurunkan angka
fertilitas secara signifikan. Data BPS nasional menunjukan bahwa presentase
perempuan usia 15-49 tahun yang telah menikah dan ikut KB memiliki proporsi
yang cukup besar. Data tahun 2000 hingga 2013 memperlihatkan partisipasi KB
menjacapi 50% lebih dimasisng masing tahun. Data tersebut juga menunjukkan
kecenderungan meningkat dari taun ketahun.
Tabel.4
Persentase Wanita Berumur 15-49 Tahun dan Berstatus Kawin yang Sedang
Menggunakan/Memakai Alat KB Menurut & Angka Fertilitas Total 1971, 1980,
1985, 1990, 1991, 1994, 1997, 1998, 1999, 2000, 2002, 2007, 2010 dan 2012
Partisipasi
KB
Tahun 2000-2013
|
Angka
Fertilitas Total (AFT) Tahun 1971-2012
|
||||
Tahun
|
%
|
Tahun
|
%
|
||
2000
|
54,35
|
1971
|
5,61
|
||
2001
|
52,54
|
1980
|
4,68
|
||
2002
|
54,19
|
1985
|
4,06
|
||
2003
|
54,54
|
1990
|
3,33
|
||
2004
|
56,71
|
1991
|
3,02
|
||
2005
|
57,89
|
1994
|
2,85
|
||
2006
|
57,91
|
1997
|
2,34
|
||
2007
|
57,43
|
1998
|
2,65
|
||
2008
|
56,62
|
1999
|
2,59
|
||
2009
|
60,63
|
2000
|
2,27
|
||
2010
|
60,94
|
2002
|
|||
2011
|
61,34
|
2007
|
2,60
|
||
2012
|
62,43
|
2010
|
2,41
|
||
2013
|
62,50
|
2012
|
2,60
|
Sumber:BPS Nasional
Indonesia
Meningkatnya Partisipasi KB hingga mencapai
62,43% pada tahun 2013 secara langsung berdampak pada menurnnya angka
fertilitas. Sejak tahun 1971 hingga 2012 Angka fertilitas total/TFR (Total
Fertility Rate) menunjukkan kecenderungan semakin menurun. Sampai tahun 2012
angka fertilitas total berada pada angka yang cukup kecil, yaitu 2.60. Bahkan
pada tahun 2000 angka fertilitas total berada pada angka terkecil yang pernah
dicapai Indonesia yaitu 2.27.
Keberhasilan program keluarga berencana
dalam menekan angka kelahiran perlu dipertahankan. Dengan konsisitensi
menurunkan angka kelahiran melalui program KB, akan menjadi salah satu faktor
penting penentu keberhasilan pemanfaatan bonus demografi.
4.
Ketersediaan Lapangan Kerja
Ketersediaan lapangan kerja yang cukup pada
fase bonus demografi menjadi aspek penting yang tak bisa diabaikan. Jaminan
ketersediaan lapangan kerja yang sesuai dengan keahlian angkatan kerja akan
membuat anak-anak muda bisa mengembangkan potensinya, dan menjadi sumbangangan
tanaga yang produktif bagi pengembangan ekonomi negara. Dengan tersedianya
lapangan kerja yang besar akan mampu menampung jumlah angkatan kerja yang
besar, dan tidak akan menjadikan jutaan anak muda menganggur.
Tabel.3
Jumlah Angkatan Kerja, Penduduk Bekerja, Pengangguran, TPAK dan TPT, 1986–2013
Tahun
|
Angkatan
Kerja
|
Bekerja
|
Pengangguran
|
Tingkat
Partisipasi Angkatan Kerja - TPAK
|
Tingkat
Pengangguran Terbuka - TPT
|
|
(Juta
Orang)
|
(Juta
Orang)
|
(Juta
Orang)
|
(%)
|
(%)
|
||
2005
|
Februari
|
105,80
|
94,95
|
10,85
|
68,02
|
10,26
|
November
|
105,86
|
93,96
|
11,90
|
66,79
|
11,24
|
|
2006
|
Februari
|
106,28
|
95,18
|
11,10
|
66,74
|
10,45
|
Agustus
|
106,39
|
95,46
|
10,93
|
66,16
|
10,28
|
|
2007
|
Februari
|
108,13
|
97,58
|
10,55
|
66,60
|
9,75
|
Agustus
|
109,94
|
99,93
|
10,01
|
66,99
|
9,11
|
|
2008
|
Februari
|
111,48
|
102,05
|
9,43
|
67,33
|
8,46
|
Agustus
|
111,95
|
102,55
|
9,39
|
67,18
|
8,39
|
|
2009
|
Februari
|
113,74
|
104,49
|
9,26
|
67,60
|
8,14
|
Agustus
|
113,83
|
104,87
|
8,96
|
67,23
|
7,87
|
|
2010
|
Februari
|
116,00
|
107,41
|
8,59
|
67,83
|
7,41
|
Agustus
|
116,53
|
108,21
|
8,32
|
67,72
|
7,14
|
|
2011
|
Februari
|
119,40
|
111,28
|
8,12
|
69,96
|
6,80
|
Agustus
|
117,37
|
109,67
|
7,70
|
68,34
|
6,56
|
|
2012
|
Februari
|
120,41
|
112,80
|
7,61
|
69,66
|
6,32
|
Agustus
|
118,05
|
110,81
|
7,24
|
67,88
|
6,14
|
|
2013
|
Februari
|
121,19
|
114,02
|
7,17
|
69,21
|
5,92
|
Agustus
|
118,19
|
110,80
|
7,39
|
66,90
|
6,25
|
|
1967-1999
|
max
|
94,85
|
88,82
|
6,03
|
67,22
|
6,36
|
min
|
67,20
|
65,38
|
1,82
|
65,60
|
2,55
|
|
1999-2004
|
max
|
103,97
|
93,72
|
10,25
|
68,60
|
9,86
|
min
|
94,85
|
88,82
|
5,81
|
67,22
|
6,08
|
|
2004-2013
|
max
|
121,19
|
114,02
|
11,90
|
69,96
|
11,24
|
min
|
103,97
|
93,72
|
7,17
|
66,16
|
5,92
|
Sumber: Sakernas, BPS
Jumlah angkatan kerja yang terus meningkat
membutuhkan peningkatan lapangan kerja. Peningkatan lapangan kerja akan
memperluaas kesempatan kerja dan akan mengurangi pengangguran. Perluasan
kesempatan kerja harus dilihat berdasarkan keseimbangan distribusi penyerapan
kerja antar sektor perekonomian. Sehingga investasi yang dipilih untuk
memperluas kesempatan kerja diprioritaskan pada sektor yang belum berkembang.
Dengan penambahan lapangan kerja pada sektor tersebut akan meningkatkan produktifitas
perekonomian.
Penciptaan kesempatan kerja atau lapangan
kerja menjadi aspek penting dalam perencanaan tanaga kerja. Ketika perencanaan
tenaga kerja telah diupayakan dengan baik melalui peningkatan kualitas angkatan
kerja, maka penciptaan kesempatan kerja juga harus dilakukan untuk
mendukungnya. Menurut Suroto (1992) perencanaan penciptaan kesempatan
kerja dan perencanaan persedian tenaga kerja merupakan dua aspek yang saling
berkaitan satu sama lain, dan menjadi satu pasang komponen yang harus cocok
(Suroto, 1992:399). Dalam kerangka bonus demografi, dua aspek perencanaan
tenaga kerja tersebut sangat penting dalam keberhasilan pembangunan bangsa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Manfaat dari bonus demografi akan
tercapai apabila penduduk usia kerja di Indonesia memiliki kualitas pendidikan
dan keterampilan yang bisa di perhitungkan untuk masuk ke dalam pasar kerja
global. Indonesia harus segera memperbarui strategi ketahanan nasional agar
ideologi dapat bersaing dengan negara lainnya. Bonus demografi ini merupakan
saat yang tepat bagi bangsa Indonesia untuk membuktikan kekuatan bangsa ini.
Bonus demografi yang menghampiri
Indonesia bisa berdampak positif, ataupun sebaliknya dapat menciptakan dampak
negatif jika strategi pengelolaannya salah. Untuk menjadikan bonus demografi
menguntukngkan bagi Indonesia perlu strategi yang tepat. Strategi
tersebut meliputi empat aspek utama yaitu peningkatan kualitas pendidikan,
kualitas kesehatan, penyediaan lapangan kerja yang cukup, dan konsistensi
pemerintah dalam menekan angka fertilitas.
Keberhasilan tidak lepas dari yang
namanya kerja sama. Semua masyarakat, aparat keamanan, penegak hukum, tenaga
pendidik, maupun pemerintah harus ikut andil dalam memajukan kualitas sumber
daya manusia di negara Indonesia ini. Alangkah meruginya kita apabila gagal
dalam mengambil manfaat dari bonus demografi.
B. Saran
Dari pembahasan makalah
mengenai peran bonus demografi sebagai barometer kemajuan bangsa Indonesia
diatas, disarankan kepada pihak-pihak berikut.
1. Pemerintah
Mengenai persiapan
untuk menyambut datangnya bonus demografi, pemerintah perlu berkonsistensi
terhadap kebijakan kependudukan dengan perspektif jangka panjang dan
berkesinambungan. Selain itu, pemerintah diharapkan mampu mempersiapkan perencaan
pembangunan yang berwawasan kependudukan jika ingin meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya. Yakni dalam hal penyediaan lapangan pekerjaan yang produktif,
peningkatan kualitas modal manusia termasuk perempuan tanpa melihat perbedaan
gender, karena mengingat tingginya populasi penduduk usia produktif yang akan
menanggung penduduk non produktif yang lebih sedikit populasinya.
2. Pengusaha
Pengusaha diharapkan
mampu mengembangkan usaha yang dijalankan dengan membuka lapangan pekerjaan
baru sehingga memunculkan kesempatan kerja pagi penduduk usia produktif
mendatang.
3. Masyarakat
Masayarakat merupakan
faktor utama dalam hal pemanfaatan bonus demografi dalam hal peranannya
memajukan bangsa Indonesia ini, karena masyarakatlah yang menjadi objek dari
apa yang direncanakan pemerintah untuk mempersiapkan segala hal mengenai bonus
demografi. Oleh karena itu, diharapkan masyarakat mampu berpartisipasi aktif
dalam setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.
DAFTAR
PUSTAKA
Badan Pusat Statistik. (2011). Booklet Agustus 2011.
Badan Pusat Statistik. (2012). Booklet Agustus 2012.
Lembaga Demografi UI. (2010). Dasar-Dasar Demografi (2 ed.). (S.
Moertiningsih, Penyunt.) Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.
Lembaga Demografi UI. (1980). Buku Pegangan Bidang Kependudukan.
Jakarta, Indonesia: Salemba Empat.
Kurniawan,
Bagus. 2014, ‘2020 Indonesia Alami Bonus Demografi’, Detiknews,
[Online], diakses 01 Desember 2014, yang ada di :
http://news.detik.com/read/2014/06/12/225936/2606875/10/2020-indonesia-alami-bonus-demografi
Memahami Makna Bonus Demografi Awal Dari Komitmen Dalam Meraih Peluang
Dan Kesempatan. (2013,
September 26). Diambil kembali dari BkkbN:
http://www.bkkbn.go.id/ViewArtikel.aspx?ArtikelID=92
Sumarsono,
Sony. 2003. Ekonomi Manajemen Sumberdaya Manusia dan Ketenagakerjan. Yogyakarta:
Graha Ilmu
Suroto, 1992. Strategi Pembangunan dan
Perencanaan Kesempatan Kerja. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
The Global Competitiveness Index. (2013). input sub index rankings. GCTI
Report .
Lucky Club Casino Site | Live Dealers, Free Bets, & Sure
BalasHapusLucky Club Casino site for live dealer games. With luckyclub.live real money and easy deposits and withdrawals, you are sure to be able to turn your games into
Is there a no deposit bonus at the casino?
BalasHapusFor example, a $20 no deposit bonus can be 스포츠 스코어 used on slots and slot games. For example, a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, 룰렛 이벤트 a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, 샌즈바카라 a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, 사이트추천 a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, a $20 10 벳 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games. For example, a $20 no deposit bonus can be used on slots and slot games.